ini adalah tulisan perdana saya setelah sekian tahun blog ini saya tinggalkan
Author Archives: powerenjers143akhwat
Dan impian itu kian kuinginkan… Sakinah bersama …
Akhir Juni
Bismillaahirrohmaanirrohiim,, Sujudku kepadaMu duhai Sang Pencinta, Teladanku ya Rosululloh, Baktiku kepadamu Emak dan Ebak…
Akhir Juni…
Tidak disangka besok sudah memasuki bulan Juli. Bahkan besok di sini tidak sampai 24 Jam lagi. Jam dinding yang setia bertengger di dinding saat ini telah menunjukkan pukul 21:20 waktu layyo. Sungguh tidak sampai 3 jam lagi bulan Juli kan menjelang..
Ada apa di bulan Juli?
Aku sungguh tak tau..
Bahkan untuk menerka apa yang akan terjadi akupun tak tau. Semua rahasiamu Ya Robbi…. Sebenarnya jika boleh berkhayal, aku ingin sekali bisa mengintip sedikiiit saja takdir yang sudah tergores sejak tangis pertama ku di dunia ini. Agar redahlah gemuru di hatiku… Agar tentramlah kecemasan yang kutakuti… Namun khayal tinggal khayal. Semua adalah rahasiaMu. Aku hanya harus bersabar dan baik sangka. Inilah ujiannya. Aku tak disebut beriman apabila belum diberi cobaan sehingga terbitlah kesabaran itu. Duh Robbi,… kuatkanlah setiap langkahku bersama kesabaran itu.
Demi Massa….
Yah itulah sumpah dari Tuhanku. Allah saja bersumpah atas waktu. Waktu terus bergulir tanpa mau menunggu yang galau, ragu apalagi menyia-nyiakannya. Dan kuharap, aku bukan termasuk kedalam golongan yang tersia oleh melalaikan waktu. Dan waktu, kuharap aku tak ragukan janji Tuhanku…
Juli…
Adalah estapet penentu…
Setiap bunga akan mekar pada waktunya, benarkah??
Bismillaahirrohmaanirrohiim…
Alhamdulillah, puja-puji syukurku kepada Allah. Sholawat beribu salam kepadamu ya Rosululloh….
Hari ini tanggal 12 Juni 2013. Aku rasakan tidak ada hal special, namun aku takut berkata demikian. Aku takut itu bentuk futur pada Nikmat yang terlewatkan untuk di syukuri.
Ajari aku cara bersyukur ya Robbi~
Sekecil apapun Nikmat itu, bantu aku mensyukurinya. Agar tak hitam pekat dalam menerima setiap pemberianMu…
Begini, banyak orang bilang semunya akan indah pada waktunya. Seperti kuncup yang kan mekar menjadi bunga yang indah pada waktunya. Pada waktu bunga-bunga di musim semi. Bertahun-tahun aku mempercayai hal ini. Tak salah, sungguh memang tak salah. Namun ada satu hal yang terkubur dalam-dalam. Bahwa ikhtiar bisa melancarkan takdir. Tak selalu harus menunggu musim semi untuk bermekaran, bila memang dengan merawat dan memupuk jauh lebih cepat membuat bunga itu bermekaran. Bunga mekar di musim semi adalah takdirNya, dan memupuknya ada ikhtiar.
Kau yang di sana… semoga engkau sadar, jangan menunggu bunga untuk mekar. Karna segera kumbang merebutnya. Hey kamu yang menunggu bunga untuk mewangi mekar, kenapa tak kuncup yang kau belai. Meski pada akhirnya ‘tangan’ Tuhan-lah yang kan memitik dan memilihkannya untukmu. Tapi setidaknya kamu berikhtiar, agar Tuhan melihat kusungguhanmu untuk memetik bunga kasturi mewangi syurga itu.
Aku-Isra’Mi’raj dan Kenangan 2012
Bismillaahirrohmaanirrohiim…
Alhamdulillah syukurku kepada Allah, Sholawat dan Salam kepada Rosululloh, salam bakti dan cinta kepada keluarga dan Salam rindu kepadamu sayang…
Hem…Saya kecolongan, tau-tau sudah memasuki bulan juni. Biasanya saya selalu sigap dengan awal bulan. Biasanya saya selalu punya topik catatan yang saya buat di awal bulan, baik di publik maupun diprivat. Saya pun bingung mau bikin catatan apa. Saya merasa satu bulan terakhir tidak ada perasaan special yang harus saya ukir dan abadikan dalam sebuah catatan. Bahkan catatan harian diary sayapun kosong. Entah jadi malas mencurahkan rasa. Mungkin rasa itu sudah pergi, mungkin juga rasa itu telah mati -LEBAY- ^__^,
Aku sedikit tersentak ketika melihat iklan sinetron special isra’ Mi’raj. Sejenak sebuah parodi 2012 berputar mengalun lembut dalam memori yang tersimpan dalam sel-sel otakku.
KENANGAN…..
Siapa yang tak punya kenangan. Bagiku, siapa saja yang mempunyai nyawa pasti mempunyai kenangan. Begitupun aku, aku punya kenangan. Aku tak tau kenangan ini menyakitkan untuk dikenang atau justru penuh ibroh yang bisa kapan saja terulang bila aku tak mampu menangkan isyarat langit.
Aku pernah berhajat, perna memohon petunjuk. Dan kumohon petunjuk itu datang bersama Isra’ Mi’rajnya. Dan benarlah, Allah menjawab tanya bersama isyarat dari langit. Dan isyarat itu aku pahami…. Sangat aku pahami.
Duhai Allah…
Aku percaya Engkau gantikan yang hilang..
Engkau tumbuhkan yang patah.
Dan doa ini bukan untuk ku sorang, kemohon Biaskanlah pelangi di upuk sana. Kasihan dia. Telah gersang dan hujanlah yang mampu membasahinya. Hingga pelangi Mejikunihibiniu menghiasi langitnya. Tak mengapa, karna aku bukan pelangi yang ditakdirkan menghias upuk sana. Aku hanya burung pipit kecil yang ditakdirkan bernyanyi riang di atas ranting kecil yang bagiku sangat kokoh. Karna kini kusadari, sederhana itu jauh lebih memikat.
Malam Isra’ Mi’raj 5 Juni 2013
Latihan mewarnai pemandangan pantai
Karya mewarnai dengan teknik gradasi ku yang ‘pertama’
Tiba-tiba saja diutus untuk mengikuti lomba mewarnai tingkat guru TK. Hem….akhirnya belajar kembali teknik mewarnai dengan gradasi. Targetku sih yang terbaik. hehe intinya memberikan yang terbaik sajalah. Bisa dibilang ini karya yang pertama, pasalnya selama ini kalau mewarnai suka ngasal asal jadi saja
untuk seseorang yang berhati lembut~
Bismillaahirrohmaanirrohiim…
Bukan sebuah targetan ataupun khayalan, hanya saja aku merasa aku sanggup mendampingimu. Aku sanggup bersamamu dalam suka dan duka. Aku sanggup bersama dalam gubuk cinta dan sanggup pula dalam istanah kita.
Bukan sebuah khayalan atau janji semata, akan tetapi aku ingin bertekad menjadi Ibu yang baik bagi anak-anakmu kelak. Aku bersedia suka rela mengandungnya 9 bulan, merawatnya hingga tumbuh besar, menyediakan waktu untuk mendidiknya.
Aku mampu dan aku bersedia…
Aku rela….
Dan kelak, jika suatu hari nanti aku lelah bersama mu… kelak aku letih mendidik anak-anak… ingatkan aku akan harapanku dikala aku belum dipertemukan denganmu….
Ingatkan betapa rasaku merindukan hadir kalian….
Ingatkan betapa hatiku kian bermunajah dalam angan untuk bersamamu..
Ingatkan betapa doaku kian merayu untuk mendidik anak-anakmu…
Oh Allah, izinkanlah…
Mungkin hatiku berpenyakit?
Bismillaahirrohmaanirrohiim~
Pulang dari silahturahmi, aku menyempatkan diri untuk sholat ashar di masjid Al-Hijrah yang berlokasi di pusat Timbangan 32. Aku yakin, warga indralaya dan sekitarnya pasti tau masjid itu, isyu-isyunya sih mau dibikin islamic center ~ceille…waktu pertama kali denger aku ketawa ngakak, tak jelas dimana letak lucunya~ -_-
Setelah memarkirkan motor aku bergegas menuju tempat wudhu’ khusus wanita yang terletak disamping kiri masjid. Ketika aku masuk ke area wudhu’ tiba-tiba saja ada seorang akhwat yang sedikit tergesah-gesah, hampir saja kami dorong-dorongan pintu heheh maksudnya aku mau nutup dia mau masuk. Awalnya aku sedikit ‘ekspresion’ banget melihat akhwat itu. Kupikir dia sepupuku. Wajahnya mirip sekali. Malah aku sempat memanggilnya ‘adek’ widih~ tensin~tensiin~teensiiiiin~ #iklan
Singkat cerita aku memutuskan untuk ke kamar kecil dulu, maklumlah yah. Urusan bersuci aku nggak pake kompromi. Dari dulu masalah Thahara menjadi fokus utama dalam hal ibadah. Lah~syarat sah ibadahkan salah satunya ’suci pakaian, dan tempat dari najis”
Nah, loh~
Tiba-tiba pintu diketuk…
”mbak cepat sedikit dong~”
Aku diam. Lah orang lagi dikamar kecil, kalau belum selesai gimana mau keluar. Aku diam. Lagi pula dikamar kecil,kan nggak boleh ngobrol…
Pintu kembali diketuk, kali ini agak keras…
”mbak, tolong lebih cepet, mbak…”
Cerewet amat ni cewek –kali ini aku menyebut akhwat itu ’cewek’ itu artinya emosiku sudah bermain. Aku tetap diam sembari mencuci tangan dan kaki. Kali ini aku sengaja memperlambat heheheh biar tau rasa tu cewek. Cerewet amat sih…!
Dan ketukan ketiga aku masih diam, nah barulah pada ketukan keempat aku tersadar, nggak mungkin tu cewek ngotot banget kalo nggak udah kebelet. Duh fitri….kok baru sadar sekarang sih. Oke aku keluar, dan sepertinya tuh cewek udah ’manyun’
Lebih singkat lagi ceritanya^^ ketika aku selesai sholat, salam kiri kanan, ternyata akhwat itu masih rokaat dua –aku sudah menyebutnya akhwat, itu artinya emosiku sudah stabil ^^-
Sambil mengenakan kaos kaki kanan, aku memperhatikan gerakan sholat akhwat itu, idih~syok khusyu’ amat nih sih akhwat. Gerakannya pelaaan banget. Bayangin aja kecepatan gerakan duduk antara dua sujud menuju sujud itu 1cm/5 sekon. Bayangin, bagiku gerakan sholatnya bukan lambat lagi. Tapi sudah sangat slowmetion~
Oke, kali ini sambil mengenakan kaos kaki kiri aku memperhatika eksresi akhwat itu sholat. Pandangannya tunduk, matanya sedikit terpejam dan keningnya sedikit berkerut. Bibirnya melafazkan pelaaan sekali. Ketika ia takbir aku hampir tak habis pikir, lama amat menurunkan tangannya dari takbir tersebut. Nih cewek lebay amat seh~
Namun, ketika aku membandingkan dengan gerakan sholatku. Kini aku sadar, mungkin itulah yang dimaksud dengan KHUSYUK. Memang tidak semua orang mengetahuinya, karna hanya orang-orang tertentu saja yang bisa khusyuk. Seharusnya aku malu, bukan malah menilai akhwat itu lebay. Mungkin inilah tanda-tanda hati yang berpenyakit. Hati yang kadang membenci sesuatu yang baik dan benar. Kadang kita tak menyukai ’keekstriman’ seseorang karena kita tak mampu setaat dia. Kadang kita menghibah akhwat bercadar dan mencari kesalahannya, karena mungkin hati kita berpenyakit. Karena kita tak mampu bercadar. Kadang kita menyepelekan mereka yang turun kejalan ’kayak nggak ada kerjaan aja’ mungkin karena hati kita berpenyakit. Karena kita tak mampu turun berjuang. Kadang kita mengecap orang sok suci, mungkin karena hati kita berpenyakit. Mungkin kita ini terlalu kotor, hingga melihat orang melakukan kebaikan seperti sok suci. Yah, barang kali hati kita berpenyakit. Berhati-hatilah dengan penyakit hati. Kadang kita tak menyadari, ia telah menggerogoti keikhlasan dan membakar amalan. Astaghfirulloh~tsumma nastaghfirullohal’adzhiim~
Kali ini kutinggalkan akhwat itu masih khusu’ dengan sholatnya. Aku keluar dari masjid dan aku bersyukur telah berjumpa dengan akhwat tersebut. Terimakasih Tuhan atas pelajaran hari ini. I Love you so much ❤
-Rumahku tercinta, 26 feb 2013-
-with PC berpenyakit -virusan-
Mama, jangan terlalu sayang~ [Belajar pada Kisah Nabi Ibrahim-Ismail]
Bismillaahirrohmaanirrohiim…
Saat ini Indralaya diguyur dengan hujan yang begitu lebat, kutolehkan sedikit kepalaku untuk melirik jam yang setia menempel didinding, hem pukul 08:20 waktu layo. Aku yakini udara di luar pasti lebih dingin dari yang kurasakan saat ini. Untungnya Alhamdulillah sudah melaksanakan sholat Isya’ sehingga aku tak perlu bertempur melawan dinginnya air wudhu’
Oh ya, kali ini saya ingin menulis mengenai fenomena orang tua yang terlalu mencintai anaknya. Saya tidak bermaksud menggurui siapapun, saya hanyalah gadis biasa yang boro-boro punya anak, suami saja belum punya #curhat~ hehehe
Mari kita belajar pada kisah teladan Nabi Ibrahim as, Oke, bekicot ekh maksudnya cekidot ^^
Orang tua mana yang tak mencintai anaknya, apalagi jika itu anak semata wayangnya. Terlebih lagi si anak memang dulunya benar-benar dinantikan kehadirannya. Ternyata, Allah hendak menguji cinta Nabi Ibrahim dengan ujian yang tak main-main. Saya tak yakin jika ujian itu menimpa saya, atau menimpa seseorang pada masa sekarang akan sanggup menghadapinya. Disinilah saya semakin yakin, bahwa Allah memang tidak akan membebeni seseorang melebihi batas kemampuan si hamba tersebut. Dan saya yakin Sahabat semua sudah mengetahui ujian tersebut, bukan? Yupz, menyembelih anak kandung sendiri.
Allah mengetahui bahwa fitrah manusia adalah mencintai anaknya dan selalu berkeinginan mencukupi semua kebutuhan anaknya. Dilema besar, antara menjalankan perintah atau rasa cinta terhadap anak. Disinilah kita harus bisa menempatkan rasa cinta dan pengorbanan sesuai dengan kadarnya. Tentulah, yang harus didahulukan adalah untuk Allah semata, bukan untuk anak…..
Dan pengorbanan demi rasa cinta dan taat kepada Allah, Tuhan gantikan si anak dengan seekor kambing. Yah, dunia mencatat kisah tersebut dalam tinta emas dan abadi di dalam Al-Qur’an.
Oke, sekarang kita lihat fenomena yang ada disekitar kita. Kadang kita tak menyadari bahwa kecintaan terhadap anak telah melewati batas kewajaran. Betapa tidak, kita terlalu sering cemas ketika anak melakukan hal-hal baru yang kadang kita anggap membahayakannya. Kita kadang tak menyadari bahwa larangan-larangan yang kta buat kadang memangkas kemampuannya untuk menghadapi tantangan hidup kedepan. Sehingga kemungkinan kelak anak akan kehilangan kepercayaan dirinya untuk menghadapi banyak masalah dan tantangan hidup.
Yuk kita lihat sikap orang tua berikut yang ikut andil dalam mengerjakan PR si anak. Orang tua takut anak tak bisa menyelesaikan tugas sekolahnya dengan baik, sehingga orang tua bukan membimbing tapi malah memberikan jalan pintas mengerjakan tugas si anak….
Yuk kita lihat sikap orang tua yang berteriak histeria ketika si anak membawa beban yang berat dan tergopoh-gopoh membawakan barang bawaan anak… Si orang tua takut si anak tak mampu memikul beban yang ia bawah, sekalipun itu hanya tas sekolah….
Yuk kita lihat sikap orang tua yang memfasilitasi anak dengan barang-barang mewah yang kadang belum tentu sudah dibutuhkan si anak. Betapa banyak anak kecil bahkan yang belum bisa membaca sudah memegang handphone bahkan aiped dan berbagai fasilitas mewah yang sesungguhnya anak belum memerlukannya.
Yuk kita lihat orang tua yang sibuk mencampuri urusan si anak. Si anak bertengkar, si ibu ikut-ikutan. Ada cerita lucu yang saya ketahui. Dulu di lembaga pendidikan tempat saya bekerja di palembang, tersebutlah si A dan si B, siswa Sekolah Dasar. Biasalah yah, anak-anak sering bertengkar. Yang mengejutkan orangtua masing-masing anak malah gontok-gontokkan. Yang mengherankan, siang anak mereka bertengkar besoknya si anak sudah gandengan tangan lagi. Kabar si ibuk-ibu tersebut malah makin runcing dan belum berdamai [dan saya doakan semoga sekarang kedua keluarga tersebut sudah berdamai.
Nah, kalau sudah begini kapan anak belajat dewasa?
Nah, kalau sudah begini kapan anak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri?
Nah, kalau sudah begini kapan anak bisa menentukan sikap sendiri?
Nah, kalau sudah begini kapan anak bisa menghargai arti kerja keras, jika dangan merengek sedikit fasilitas mewah mengalir sudah?
Sekali lagi, sederhanalah mencinta. Jangan menunggu Allah untuk menegur kita dengan keras, jika memang “sentuhan lembut dari Allah” sudah dirasakan. Janganlah menunggu Allah menegur kita dengan “keras”. Jangan menunggu Allah menguji cinta kita padaNya dengan terlalu mencintai anak. Sekali lagi, sederhanalah mencintai anak. Karna Allah bisa kapan saja mengambilnya.
Indralaya, 18 Februari 2013
with: PC virusan